GRAF

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


GRAF

1.1    Definisi Graf
Graf merupakan struktur diskrit yang terdiri himpunan sejumlah berhingga obyek yang disebut simpul (vertices, vertex) dan himpunan sisi (edges) yang menghubungkan simpul-simpul terseut. terdiri dari dari Graf digunakan untuk merepresentasikan objekobjek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.
Notasi sebuah graf adalah G = (V, E), dimana : 
·    V merupakan himpunan tak kosong dari simpul-simpul (vertices), misalkan V = { v1 , v2 , ... , vn }
·    E merupakan himpunan sisi – sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul, misalkan
E = {e1 , e2 , ... , en }

Contoh : 
Graf dari masalah jembatan Königsberg dapat disajikan sebagai berikut :



Misalkan graf tersebut adalah G(V, E) dengan
V     = { A, B, C, D }
E     = { (A, C), (A, C), (A, B), (A, B), (B, D), (A, D), (C, D)}
= { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7}

Pada graf tersebut sisi e1 = (A, C) dan sisi e2 = (A, C) dinamakan sisi-ganda (multiple edges atau paralel edges) karena kedua sisi ini menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu simpul A dan simpul C. Begitu pun dengan sisi e3 dan sisi e4. Sementara itu, pada graf diatas, tidak terdapat gelang (loop), yaitu sisi yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama.

Dari definisi graf, himpunan sisi (E) memungkinkan berupa himpunan kosong. Jika graf tersebut mempunyai himpunan sisi yang merupakan himpunan kosong maka graf tersebut dinamakan graf kosong (null graph atau empty graph).
Contoh : 
Graf kosong dengan 3 simpul (graf N3 )



Dengan memperhatikan kondisi sisinya, suatu graf dapat dikategorikan sebagai graf tidak berarah dan graf berarah. Graf tidak berarah, seperti telah dijelaskan pada contoh graf untuk jembatan Königsberg. Sementara itu, graf berarah (directed graph, digraph) merupakan graf yang mempunyai sisi yang berarah, artinya satu buah simpul yang dihubungkan oleh sisi tersebut merupakan simpul awal (initial vertex) dan simpul yang lain dikatakan sebagai simpul akhir (terminal vertex). 
Contoh : 
Graf berikut merupakan graf berarah :



Terlihat bahwa e1 = (P, S), e3 = (R, Q), dan e5 = (Q, Q) R
Simpul P merupkan simpul awal bagi sisi e1 dan simpul S merupakan simpul akhir bagi sisi e1.

1.2   Terminologi Graf
Ada beberapa terminologi graf yang perlu diketahui, antara lain : ketetanggaan antara dua simpul, bersisian , derajat suatu simpul, dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa terminoogi yang penting, yaitu : 

1.  Bertetangga (Adjacent)
Dua buah simpul dikatakan bertetangga jika kedua simpul tersebut terhubung langsung oleh suatu sisi.
Contoh :
Perhatikan graf berikut :


Pada graf diatas : simpul P bertetangga dengan simpul Q dan S, tetapi simpul P tidak bertetangga dengan simpul R.

2. Bersisian (Incidency)
Suatu sisi e dikatakan bersisian dengan simpul v1 dan simpul v2 jika e menghubungkan kedua simpul tersebut, dengan kata lain e = (v1, v2).
Contoh :
Perhatikan graf dari masalah jembatan Königsberg berikut ini :


maka e1 bersisian dengan simpul A dan simpul C , tetapi sisi tersebut tidak berisian dengan simpul B.

3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)
Jika suatu simpul tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya maka simpul tersebut dinamakan simpul terpencil.
Contoh :
Perhatikan graf berikut :



Simpul T dan simpul U merupakan simpul terpencil.

4. Derajat (Degree)
Derajat suatu simpul merupakan jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut. Misalkan, suatu simpul v mempunyai 3 buah sisi yang bersisian dengannya maka dapat dikatakan simpul tersebut berderajat 3, atau dinotasikan oleh d(v) = 3.
Contoh :
Perhatikan graf berikut :


Pada graf diatas : d(P) = d(Q) = d (S)= 5, sedangkan d(R) = 3.
Derajat sebuah simpul pada suatu graf berarah dijelaskan sebagai berikut :
·         din(v) merupakan jumlah busur yang masuk ke simpul v
·         dout(v) merupakan jumlah busur yang keluar dari simpul v
Dengan demikian derajat pada simpul tersebut, diperoleh : d(v) = din(v) + dout(v)

5. Lintasan (Path)
Lintasan dari suatu simpul awal v0 ke simpul tujuan vT di dalam suatu graf G merupakan barisan sebuah sisi atau lebih (x0, x1), (x1, x2), (x2, x3), …, (xn-1, xn) pada G, dimana x0 = v0 dan xn = vT. Lintasan ini dinotasikan oleh :
x0, x1, x2, x3, …, xn
Lintasan ini mempunyai panjang n, karena lintasan ini memuat n buah sisi, yang dilewati dari suatu simpul awal v0 ke simpul tujuan vT di dalam suatu graf G. Suatu lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama dinamakan Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit).
Contoh :
Perhatikan graf berikut ini :


  • ·    Pada graf tersebut lintasan P, Q, R memiliki panjang 2. Sementara itu lintasan P, Q, S, R memiliki panjang 3.
  • ·      Lintasan P, Q, R, S, P dinamakan siklus atau sirkuit dengan panjang 4.
  • ·      Antara simpul P dan U maupun T tidak dapat ditemukan lintasan.


6. Cut-Set
Cut-set dari suatu graf terhubung G adalah himpunan sisi yang jika dibuang dari G menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah subgraf . Pada graf di bawah, {(1,4), (1,5), (2, 3), (2,4)} adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada sebuah graf terhubung. Himpunan {(1,5), (4,5)} juga adalah cut-set, {(1,4), (1,5), (1,2)} adalah cut-set, {(5,6)} juga cut-set,
tetapi {(1,4), (1,5), (4,5)} bukan cut-set sebab himpunan bagiannya, {(1,5), (4,5)} adalah cut-set.

1.3    Beberapa Jenis Graf
    Beberapa jenis graf tak berarah yang perlu diketahui adalah :

1.       Graf sederhana (simple graph)
Graf sederhana merupakan graf tak berarah yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda. Contoh :


2.       Graf Ganda (multigraph)
Graf ganda merupakan graf tak berarah yang tidak mengandung gelang (loop).
Contoh :



Dengan demikian, graf sederhana pun merupakan graf ganda (multi graph).

3.       Graf semu (Pseudo graph)
Graf semu merupakan graf yang boleh mengandung gelang (loop).
Contoh :



1.4     Graf Isomorfik dan Homeomorfik
Perhatikan dua graf berikut ini :

Dua buah graf diatas, terdiri dari empat buah simpul dimana setiap simpul adalah berderajat tiga. Walaupun secara geometri kedua tersebut berbeda tetapi pada prinsipnya kedua graf tersebut adalah sama.
Definisi :
Dua buah graf G1 dan G2 dikatakan isomorfik jika terdapat korespondensi satu-satu antara simpul-simpul pada kedua graf tersebut dan antara sisi-sisi keduanya sehingga jika sisi e bersisian dengan simpul u dan v pada G1 maka sisi e’ pada G2 juga bersisian dengan simpul u’ dan v’.
Suatu graf dapat digambarkan dengan berbagai cara. Dua buah graf yang isomorfik adalah graf yang sama, kecuali penamaan simpul dan sisinya saja yang berbeda. Sebagai contoh dua graf diatas merupakan dua graf yang isomorfik .
Dua buah graf dikatakan isomorfik jika memenuhi ketiga syarat berikut (Deo, 1989):
1.       Mempunyai jumlah simpul yang sama.
2.       Mempunyai jumlah sisi yang sama
3.       Mempunyai jumlah simpul yang sama berderajat tertentu
Tetapi cara menunjukan dua graf yang isomorfik dapat diperhatikan pada contoh berikut ini.
Contoh :
Diketahui 2 buah graf berarah :


Periksa apakah kedua graf tersebut isomorfik? Jika ya, tentukan simpul-simpul yang saling berkorespondensi antara G1 dan G2
Jawab :
Ya, kedua graf tersebut adalah isomorfik. Terlihat graf tersebut memuat simpul dimana setiap simpulnya masing-masing berderajat tiga.
Simpul yang saling berkorespondensi dari kedua graf tersebut adalah :
·         Simpul u1 dengan simpul v1
·         Simpul u2 dengan simpul v3
·         Simpul u3 dengan simpul v5
·         Simpul u4 dengan simpul v6
·         Simpul u5 dengan simpul v4
·         Simpul u6 dengan simpul v2
Pada dua graf yang isomorfik, kedua graf tersebut memiliki matriks ketetanggaan yang sama. Perhatikan matriks ketetanggaan dari kedua graf tersebut.
Dibawah ini adalah matriks ketetanggaan dari graf G1 :


Sementara itu, berikut ini adalah matriks ketetanggaan dari graf G1 :



Terlihat bahwa kedua graf tersebut memiliki matriks ketetanggaan yang sama, yaitu MG1 = MG2.
Selanjutnya akan dijelaskan tentang definisi homeomorfik antara dua buah graf. Misalkan G2(V2, E2) diperoleh dari G1(V1, E1) dengan menambahkan simpul pada sebuah sisi atau lebih pada graf tersebut, maka graf G1(V1, E1) dan graf G2(V2, E2) dinamakan homeomorfik.
Contoh :
Perhatikan ketiga graf dibawah ini :


Ketiga graf diatas merupakan graf homeomorfik (homeomorphic graphs).


1.5 Graf Planar dan Graf Bidang
Graf yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan sisi-sisi tidak saling memotong (bersilangan) disebut graf planar, jika tidak, maka ia disebut graf tak-planar.
K4 adalah graf planar:


K5 adalah graf tidak planar:


Graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi yang tidak saling berpotongan disebut graf bidang (plane graph).

Tiga buah graf planar. Graf (b) dan (c) adalah graf bidang

1.6 Aplikasi Graf Planar
Persoalan utilitas (utility problem) 



(a)   Graf persoalan utilitas (K3,3)
(b)   Graf persoalan utilitas bukan graf planar.

·       Perancangan IC (Integrated Circuit)
·      Tidak boleh ada kawat-kawat di dalam ICboard yang saling bersilangan -> dapat menimbulkan interferensi arus listrik -> malfunction
·       Perancangan kawat memenuhi prinsip graf planar

1.7 Teorema Kuratoswki
Berguna untuk menentukan dengan tegas keplanaran suat graf. 
a)     Graf Kuratowski pertama (K5)     
b)     Graf Kuratowski kedua (K3, 3)        
c)      Graf yang isomorfik dengan graf Kuratowski kedua 

Sifat graf Kuratowski adalah:
1.      Kedua graf Kuratowski adalah graf teratur.
2.      Kedua graf Kuratowski adalah graf tidak-planar
3.      Penghapusan sisi atau simpul dari graf Kuratowski menyebabkannya menjadi graf planar.
4.    Graf Kuratowski pertama adalah graf tidak-planar dengan jumlah simpul minimum, dan graf Kuratowski kedua adalah graf tidak-planar dengan jumlah sisi minimum.

TEOREMA Kuratowski. Graf G bersifat planar jika dan hanya jika ia tidak mengandung upagraf yang isomorfik dengan salah satu graf Kuratowski atau homeomorfik (homeomorphic) dengan salah satu dari keduanya.



Tiga buah graf yang homemorfik satu sama lain.

1.8 Lintasan dan Sirkuit Euler
·     Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui masing-masing sisi di dalam graf tepat satu kali. 
·     Sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati masing-masing sisi tepat satu kali.
·  Graf yang mempunyai sirkuit Euler disebut graf Euler (Eulerian graph). Graf yang mempunyai lintasan Euler dinamakan juga graf semi-Euler (semi-Eulerian graph).

Contoh :
Lintasan Euler pada graf (a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1
Lintasan Euler pada graf (b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6, 5, 1, 3
Sirkuit Euler pada graf (c)    : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5, 7, 6, 5, 2, 6, 1
Sirkuit Euler pada graf (d)    : a, c, f,  e, c, b, d, e, a, d, f, b, a
Graf (e) dan (f) tidak mempunyai lintasan maupun sirkuit Euler



(a) dan (b) graf semi-Euler
(c) dan (d) graf Euler
(e) dan (f) bukan graf semi-Euler atau graf Euler

TEOREMA. Graf tidak berarah memiliki lintasan Euler jika (graf semi-Euler) dan hanya jika terhubung dan memiliki dua buah simpul berderajat ganjil atau tidak ada simpul berderajat ganjil sama sekali.
TEOREMA. Graf tidak berarah G adalah graf Euler (memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika setiap simpul berderajat genap.
TEOREMA.  (a) Graf berarah G memiliki sirkuit Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap simpul memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama.  (b) G memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap simpul memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama kecuali dua simpul, yang pertama memiliki derajat-keluar satu lebih besar derajat-masuk, dan yang kedua memiliki derajat-masuk satu lebih besar dari derajat-keluar.

(a) Graf  berarah Euler (a, g, c, b, g, e, d, f, a)                 
(b) Graf berarah semi-Euler (d, a, b, d, c, b)         
(c) Graf berarah bukan Euler maupun semi-Euler.

1.9 Lintasan dan Sirkuit Hamilton
·         Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui tiap simpul di dalam graf tepat satu kali. 
·       Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap simpul di dalam graf tepat satu kali, kecuali simpul asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui dua kali.
·     Graf yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan graf Hamilton, sedangkan graf yang hanya memiliki lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton.


(a) graf yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4)
(b) graf yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4, 1)
(c) graf yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit Hamilton.

(a) Dodecahedron Hamilton, 
(b) graf yang mengandung sirkuit Hamilton

TEOREMA.  Syarat cukup supaya graf sederhana G dengan n ( 3) buah simpul adalah graf Hamilton ialah bila derajat tiap simpul paling sedikit n/2 (yaitu, d(v) n/2 untuk setiap simpul v di  G).  (coba nyatakan dalam “jika p maka q”)
TEOREMA.  Setiap graf lengkap adalah graf Hamilton.
TEOREMA. Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n 3), terdapat (n – 1)!/2 buah sirkuit Hamilton.

1.10 Beberapa Aplikasi Graf
a.      Lintasan Terpendek (Shortest Path)
Misalkan G merupakan graf berbobot (weighted graph),  yaitu setiap sisi dari graf G memiliki bobot tertentu, seperti pada ilustrasi dibawah ini : 



Hal yang biasanya dilakukan adalah menentukan lintasan terpendekpada graf tersebut.  Dengan kata lain, menentukan  lintasan yang memiliki total bobot minimum.
Contoh : 
1. Menentukan jarak terpendek/waktu tempuh tersingkat/ongkos termurah  antara dua buah kota
2. Menentukan waktu tersingkat pengiriman pesan (message) antara dua buah terminal pada jaringan komputer.

Beberapa jenis persoalan lintasan terpendek, antara lain
a.      Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu.
b.      Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul.
c.       Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain.
d.      Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu.

Algoritma Lintasan Terpendek
Dijkstra Algoritma Dijkstra merupakan suatu algoritma yang digunakan untuk menentukan lintasan terpendek dari suatu simpul ke semua simpul lain.  Untuk mempermudah dalam pemahaman Algoritma Dijkstra, berikut ini adalah graf dimana simpul-simpulnya merepresentasikan kota-kota di Amerika Serikat  dan  sisi dari graf tersebut merepresentasikan jarak antar dua kota (dalam  kilometer).

Contoh : 



Dengan menggunakan Algoritma Dijkstra akan ditentukan jarak terpendek dari kota Boston ke kota-kota yang lainnya. 




Jadi, lintasan terpendek dari: 
5 ke 6 adalah 5, 6 dengan jarak = 250 km
5 ke 7 adalah 5, 6, 7 dengan jarak = 1150 km 
5 ke 4 adalah 5, 6, 4 dengan jarak = 1250 km 
5 ke 8 adalah 5, 6, 8 dengan jarak = 1650 km 
5 ke 3 adalah 5, 6, 4, 3 dengan jarak = 2450 km 
5 ke 2 adalah 5, 6, 4, 3, 2 dengan jarak = 3250 km 
5 ke 1 adalah 5, 6, 8, 1 dengan jarak = 3350 km

b.      Persoalan Perjalanan Pedagang (Travelling Salesperson Problem - TSP) 
Seperti halnya contoh pada (a), misalkan diberikan sejumlah kota dan jarak antar kota. Tentukan sirkuit terpendek yang harus dilalui oleh seorang pedagang bila pedagang itu berangkat dari sebuah kota asal dan ia harus menyinggahi setiap kota tepat satu kali dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan.  Ini merupakan masalah menentukan sirkuit Hamilton yang memiliki bobot minimum.

c.       Persoalan Tukang Pos Cina (Chinese Postman Problem) 
Permasalahan ini, pertama kali dikemukakan oleh Mei Gan (berasal dari Cina) pada tahun 1962, yaitu : Seorang tukang pos akan mengantar surat ke alamat-alamat sepanjang jalan di suatu daerah. Bagaimana ia merencanakan rute perjalanannya supaya ia melewati setiap jalan tepat sekali dan kembali lagi ke tempat awal keberangkatan.  Permasalahan tersebut merupakan masalah  menentukan sirkuit Euler di dalam suatu graf.


Terima Kasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga bermanfaat:)

ALJABAR BOOLEAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ALJABAR BOOLEAN

1.1 Definisi Aljabar Boolean
Misalkan B adalah himpunan yang didefinisikan pada dua operator biner, + dan ×, dan sebuah operator uner, ’. Misalkan 0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B. Maka, tupel
<B,+, ., ‘,0,1>
disebut aljabar Boolean jika untuk setiap a, b, c Î B berlaku aksioma berikut:
1. Identitas
(i)   a + 0 = a
(ii) a × 1 = a

2. Komutatif
(i) a + b = b + a
(ii) a × b = b . a

3. Distributif
(i)   a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
(ii) a + (b × c) = (a + b) × (a + c)


4. Komplemen
Untuk setiap a Î B terdapat elemen unik a‘Î B sehingga
(i)   a + a’ = 1
(ii) a × a’ = 0

1.2 Aljabar Boolean Dua-Nilai
·        Merupakan aljabar Boolean yang paling popular, karena aplikasinya luas.
·        Pada aljabar 2-nilai:
(i) B = {0, 1},
(ii) operator biner: + dan ×, operator uner: ’
(iii) Kaidah untuk operator biner dan operator uner:


(iv) Keempat aksioma di atas dipenuhi

1.3 Ekspresi Boolean
Ekspresi Boolean dibentuk dari elemen-elemen B dan/atau peubah-peubah yang dapat dikombinasikan satu sama lain dengan operator +, ×, dan ’.

Contoh :
0
1
a
b
a + b
a × b
a’× (b + c)
a × b’ + a × b × c’ + b’, dan sebagainya.

1.4 Hukum-hukum Aljabar Boolean
1. Closure:
  • (i) a + b
  • (ii) a b
2. Identitas: 
  • (i) a + 0 = a 
  • (ii) a 1 = a
3. Idempoten: 
  • (i) a + a = a 
  • (ii) a a = a
4. Komplemen:
  • (i) a + a’ = 1 
  • (ii) aa’ = 0
5. Dominansi: 
  • (i) a 0 = 0
  • (ii) a + 1 = 1 
6. Involusi:
  • (i) (a’)’ = a
7. Penyerapan: 
  • (i) a + ab = a 
  • (ii) a(a + b) = a
8. Komutatif: 
  • (i) a + b = b + a 
  • (ii) ab = ba
9. Asosiatif:
  • (i) a + (b + c) = (a + b) + c 
  • (ii) a (b c) = (a b) c
10 Distributif:
  • (i) a + (b c) = (a + b) (a + c) 
  • (ii) a (b + c) = a b + a c
11. De Morgan: 
  • (i) (a + b)’ = a’b’ 
  • (ii) (ab)’ = a’ + b’
12. Hukum 0/1:
  • (i) 0’ = 1 
  • (ii) 1’ = 0
Contoh :
Buktikan bahwa untuk sembarang elemen a dan b dari aljabar Boolean maka kesamaaan berikut:
a + a’b = a + b dan a(a’ + b) = ab adalah benar.
Penyelesaian:
(i)  a + a’b            = (a + ab) + a’b (Hukum Penyerapan)
= a + (ab + a’b) (Hukum Asosiatif)
= a + (a + a’)b (Hukum Distributif)
= a + 1 × b (Hukum Komplemen)
= a + b (Hukum Identitas)
(ii) a(a’ + b)         = a a’ + ab (Hukum Distributif)
= 0 + ab (Hukum Komplemen)
= ab (Hukum Identitas)

1.5 Fungsi Boolean
·       Contoh-contoh fungsi Boolean:
f(x) = x
f(x, y) = x’y + xy’+ y’
f(x, y) = x’ y’
f(x, y) = (x + y)’
f(x, y, z) = xyz’
·       Setiap peubah di dalam fungsi Boolean, termasuk dalam bentuk komplemennya, disebut literal.
·       Fungsi h(x, y, z) = xyz’ terdiri dari 3 buah literal, yaitu x, y, dan z’.
·       Jika diberikan x = 1, y = 1, z = 0, maka nilai fungsinya:
h(1, 1, 0) = 1 ×1 × 0’ = (1 × 1) × 1 = 1 × 1 = 1

1.6 Bentuk Kanonik
·       Ekspresi Boolean yang menspesifikasikan suatu fungsi dapat disajikan dalam dua bentuk berbeda.
·       Pertama, sebagai penjumlahan dari hasil kali dan kedua sebagai perkalian dari hasil jumlah.

Contoh :
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz
dan
g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x’ + y + z’)(x’ + y’ + z)
adalah dua buah fungsi yang sama.
·       Minterm: suku (term) di dalam ekspresi boolean mengandung literal yang lengkap dalam bentuk hasil kali
·       Maxterm: suku (term) di dalam ekspresi boolean mengandung literal yang lengkap dalam bentuk hasil jumlah.

Contoh :
f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz -> 3 buah minterm: x’y’z, xy’z’, xyz
g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x’ + y + z’)(x’ + y’ + z)
-> 5 buah maxterm: (x + y + z), (x + y’ + z), (x + y’ + z’), (x’ + y + z’), dan (x’ + y’ + z)
·       Misalkan peubah (variable) fungsi Boolean adalah x, y, dan z
Maka:
x’y -> bukan minterm karena literal tidak lengkap
y’z’ -> bukan minterm karena literal tidak lengkap
xy’z, xyz’, x’y’z -> minterm karena literal lengkap

(x + z) -> bukan maxterm karena literal tidak lengkap
(x’ + y + z’) -> maxterm karena literal lengkap
(xy’ + y’ + z) -> bukan maxterm
·       Ekspresi Boolean yang dinyatakan sebagai penjumlahan dari satu atau lebih minterm atau perkalian dari satu atau lebih maxterm disebut dalam bentuk kanonik.
·       Jadi, ada dua macam bentuk kanonik:
1. Penjumlahan dari hasil kali (sum-of-product atau SOP)
2. Perkalian dari hasil jumlah (product-of-sum atau POS)
·       Fungsi f(x, y, z) = x’y’z + xy’z’ + xyz dikatakan dalam bentuk SOP
·       Fungsi g(x, y, z) = (x + y + z)(x + y’ + z)(x + y’ + z’)(x’ + y + z’) (x’ + y’ + z) dikatakan dalam bentuk POS

Cara membentuk minterm dan maxterm:
·       Untuk minterm, setiap peubah yang bernilai 0 dinyatakan dalam bentuk komplemen, sedangkan peubah yang bernilai 1 dinyatakan tanpa komplemen.
·       Sebaliknya, untuk maxterm, setiap peubah yang bernilai 0 dinyatakan tanpa komplemen, sedangkan peubah yang bernilai 1 dinyatakan dalam bentuk komplemen. 
·     Cara membentuk minterm dan maxterm dari tabel kebenaran untuk dua peubah:

·     Cara membentuk minterm dan maxterm dari tabel kebenaran untuk tiga peubah:

·     Jika diberikan sebuah tabel kebenaran, kita dapat membentuk fungsi Boolean dalam bentuk kanonik (SOP atau POS) dari tabel tersebut dengan cara:
- mengambil minterm dari setiap nilai fungsi yang bernilai 1 (untuk SOP)
atau
- mengambil maxterm dari setiap nilai fungsi yang bernilai 0 (untuk POS).


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semoga Bermanfaat:)
 

Copyright © Syafira Nur Amalia Arif - STT PLN. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online